Sabtu, 23 Agustus 2014

Akupunktur untuk Premenstrual Syndrome

Premenstrual Syndrome (PMS) merupakan suatu kondisi yang menunjukkan kondisi fisik, perilaku serta gejala psikologi yang menyedihkan, dengan tidak adanya bahan organik atau faktor yang dapat menyebabkan penyakit jiwa, yang mana secara teratur berulang selama fase luteal dalam setiap siklus menstruasi, dan akan menghilang atau akan berkurang secara signifikan dengan berakhirnya masa menstruasi. Meskipun gejala ringan terjadi pada sekitar 75% wanita usia reproduksi, 20-30% dari wanita dilaporkan menderita PMS klinis yang berarti. Sebuah evaluasi dari laporan yang diterbitkan bru-baru ini menunjukkan bahwa 13-18% dari wanita usia reproduksi menderita gejala PMS cukup parah yang dapat di obati dengan treatment. Wanita dengan PMS biasanya mengeluh gejala somatik, seperti mengidam makanan, Mastalgia, kembung, sakit kepala, kekurangan energi, ketidaknyamanan perut dan nyeri, dan penambahan berat badan. Sering dilaporkan perubahan afektif ini termasuk depresi, luapan kemarahan, menangis, kecemasan, lekas marah, dan perasaan tidak mampu mengatasi. Ketika mendiagnosis dan mengevaluasi dampak dari pengobatan untuk PMS, the Daily Record of Severity of Problems (DRSP) sekarang mendapatkan kondisinya.

Etiologi dan patogenesis PMS belum dapat ditetapkan, karena itu, berbagai pilihan pengobatan disarankan. Sebelum memulai pengobatan, perubahan gaya hidup, olahraga atau perilaku terapi kognitif disarankan sebagai pilihan pertama. Bagi wanita yang mengalami gejala PMS sedang hingga berat, atau bagi mereka yang gagal dalam penyesuaian gaya hidup sederhana, pengobatan berbasis farmakologi termasuk kombinasi pil kontasepsi baru (siklis atau terus-menerus), fase luteal kontinyu atau selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dengan dosis rendah, dan percutaneous estradiol dengan siklus progestogen.

Sebagai pendekatan terpadu yang menguntungkan banyak perempuan yang menderita PMS, mereka mencari pengobatan komplementer dan terapi alternatif (CAM) seperti obat herbal, manipulatif terapi, homeopati, dan akupunktur. Meskipun akupunktur diterapkan secara luas di kebidanan dan ginekologi, bukti efektivitas untuk PMS masih samar-samar. Selain itu, akupunktur tidak disebutkan dalam pedoman manajemen PMS terakhir Royal College of Obstetricians dan Gynaecologists (RCOG), sedangkan Modalitas CAM lainnya dengan efektivitas terbatas telah terdaftar.

Berbagai teknik akupunktur telah diadopsi dalam studi. Kebanyakan (70%) dari studi menguji Traditional Chinese Medicine (TCM) gaya akupunktur, kebanyakan studi berasal dari Cina. Dua dari studi TCM menggunakan titik-titik khusus. Tiga studi non-TCM menggunakan scalp electroacupuncture, traditional Korean acupuncture, and Korean hand acupuncture. Teknik akupunktur bervariasi khususnya pada terminologi gaya akupunktur, variasi treatment (yaitu menetap atau tergantung pada individu), pemilihan titik akupunktur, dan metode manipulasi. Titik akupunktur yang digunakan dalam studi ini yaitu LR3, SP6, PC6, GV20, CV4, CV6, CV17 kecuali titik akupunktur yang terdapat di belakang seperti BL17, BL18 dan BL20 serta BL23. Banyak dari titik akupunktur tersebut digunakan dalam obstetrik dan kondisi gynecology, dan titik-titik tambahan digunakan berdasarkan gejala. Kebanyakn studi menggunakan bentuk stimulasi mnual, seperti memutar atau mengangkat / menyodorkan jarum untuk mendapatkan sensasi de qi (yaitu pasien perasaan nyeri, mati rasa, distensi, berat, atau sensasi seperti sengatan listrik di sekitar titik, praktisi pun dapat merasakan nya dari ketegangan di sekitar jarum). Hanya tiga studi yang menjelaskan karakter spesifik atau latar belakang pendidikan praktisi yaitu seorang dokter pengobatan Korea, spesialis ginekologi dan kebidanan serta akupunktur tangan Korea terapis.

Berikut disajikan data hasil penelitian yang membandingkan akupunktur dengan pengobatan lainnya:

Akupunktur versus semua kontrol (delapan percobaan, 429 wanita dianalisis)
Ketika hasil dikumpulkan, dari delapan RCT menunjukkan manfaat yang berati dari akupunktur pada peningkatan gejala PMS.

Akupunktur dibandingkan obat-obatan (empat percobaan, 232 perempuan dianalisis)

Empat studi membandingkan kira-kira 30 sesi akupunktur dengan lebih dari tiga siklus menstruasi dimana terdapat perbedaan dosis progestin (4-6mg perhari), dengan atau tanpa anxiolytics. Secara keseluruhan, wanita yang menerima terapi akupunktur kira-kira 1,5 kali lebih mungkin mengalami peningkatan yang berarti daripada dibandingkan pada persiapan hormonal dengan atau tanpa anxiolytics.

Akupunktur vs sham akupunktur (tiga percobaan, 108 perempuan dianalisis)

Tiga studi membandingkan akupunktur dengan sham akupunktur: untuk kontrol sham, sebuah studi mengadopsi penjaruman yang sama pada titik akupunktur yang dianggap dapat efektif untuk PMS dan dua penelitian lainnya menggunakan tusuk jarum dangkal pada titik yang bukan termasuk titik akupunktur. Hasil yang diperoleh dari kedua uji klinis, akupunktur tidak menunjukkan dampak yang berarti pada perbaikan gejala, dengan heterogenitas yang berarti.

Akupunktur versus tanpa pengobatan (satu percobaan, 14 wanita dianalisis)

Dibandingkan tanpa pengobatan, nilai MSSL menunjukkan perbaikan yang signifikan setelah 10 sesi terapi Korean Hand Acupuncture

Akupunktur dan obat versus obat saja (42 wanita dianalisis)

Guo menyelidiki apakah pengobatan akupunktur digabungkan dengan progestin (6 mg sehari) dapat mengurangi gejala PMS lebih efektif dari progestin saja. Akupunktur secara signifikan dapat mengurangi gejala PMS.

Akupunktur dan obat herbal versus obat herbal saja (satu percobaan, 60 wanita dianalisis)

Peng membandingkan akupunktur dikombinasikan obat herbal terhadap obat herbal saja. Dilaporkan hasilnya menunjukkan akupunktur lebih baik. Namun ketika data dianalisis sebagai ‘baik atau lebih’ versus ‘efek sedikit lebih baik atau tidak’, kami menemukan perbedaan yang signifikan antara akupunktur dan kontrol.

Kesimpulan :

Review sistematis dan meta-analisis telah menemukan efek menguntungkan akupunktur atas berbagai kontrol. Dianalisis empat percobaan yang membandingkan akupunktur selama 3 bulan dibandingkan pengobatan progestin disertai atau tanpa anxiolytik. Hasil yang dikumpulkan menunjukkan akupunktur unggul terhadap  semua perlakuan kontrol dalam mengurangi gejala PMS. Bila dibandingkan dengan akupunktur sham, akupunktur secara signifikan berdampak perbaikan gejala. Tidak ada bukti adanya efek samping yang berarti yang disebabkan oleh akupunktur. Hasil ini tampaknya menjanjikan, namun perlu ditekankan bahwa ini  berdasarkan pada jumlah kecil dari percobaan yang kecil pula. Oleh karena itu, sebelum bergegas ke suatu kesimpulan yang positif, penafsiran yang hati-hati diperlukan para dokter serta pasien.

Saran :

Dibutuhkan studi yang ketat terkait akupunktur mengingat lemah nya metodologis dan bukti serta mengingat potensi dan keefektifan akupunktur.

Referensi :

(Kim et al. 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar